Senin, 24 Juni 2019

Kisah Pendek, Angan Panjang.

Bangkalan, June 24th 2019

Aku. Seorang yang bisa dikatakan sangat rentan terbawa arus. Sedangkan kamu yang begitu paham dengan kekuranganku, dengan santainya menggiring ombak kepadaku. Aku tenggelam sendirian. Sementara kamu tertawa tanpa segan di atas permukaan. Dengan penuh harapan, ku coba untuk merenggangkan kedua tangan. Pikirku kamu akan menarik tanganku dan memberikanku kehidupan. Tapi tidak, kau lebih memilih berlalu dan meninggalkan seorang aku yang serba kepayahan.

Ku coba mencerna, antara mimpi atau nyata. Jika ini mimpi, lantas mengapa aku masih terjaga? Sebaliknya, jika ini nyata, mengapa kau begitu tega? Aku ingin sekali membelamu dan menolak percaya atas segala ketidakpedulianmu terhadapku. Tapi, nyatanya kau semakin membeku. Tak bergerak sedikitpun untuk sekedar menghampiriku.

Ada sesak yang kian menyeruak, memberontak, memaksa keluar seakan mengemis penjelasan atas segala perlakukanmu yang tak pernah mampu ku artikan. Kadang kau sangat baik, bak malaikat yang sengaja dikirimkan tuhan padaku. Perlakuanmu lebih dari sekedar manis, hingga begitu mudahnya menjadi candu. Aku sempat kuwalahan dalam hal mengatur perasaan. Akankah aku akan terjatuh lebih dalam? Ya. Semua berawal dari sini, dari kisah rumit yang tak seharusnya ku tanggapi. Tapi tidak mengapa, aku lebih memilih mensyukurinya.

Luka tak pernah salah. Rasa tak pernah keliru. Kau yang pertama mengetuk, aku berusaha membuka dengan hati hati. Sedetik setelah ku persilahkan masuk, bahkan sebelum benar benar menempatkan posisi, tiba-tiba kau meminta izin untuk pergi. Bukan kesalahan, bukan juga kebetulan. Apapun yang sedang dan sudah terjadi pasti dibersamai dengan sebuah alasan. Dan tugasku hanya perlu percaya bahwa segalanya akan baik baik saja. Bahkan tanpa kehadiranmu di dalamnya. Mungkin.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar